Perkembangan Teknologi Komunikasi di Indonesia
1. Teknologi komunikasi tradisional
Berbagai kegiatan komunikasi di Indonesia sejatinya dimulai sejak masa kerajaan. Hal ini terungkap melalui berbagai prasasti dan dokumen yang ditemukan oleh ahli sejarah. Media komunikasi yang digunakan pada masa kerajaan adalah batu, kayu, kulit kayu, bambu serta lontar. Macam-macam media komunikasi tersebut merupakan media komunikasi yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta.
2. Mesin cetak
Kurang lebih dua abad setelah mesin cetak ditemukan, tepatnya pada tahun 1688, pemerintah Hindia Belanda membawa masuk mesin cetak ke Indonesia. Tak lama setelah itu, terbitlah surat kabar tercetak pertama yang berisi berbagai ketentuan perjanjian antara pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Makassar. Penerbitan surat kabar pertama ini kemudian diikuti berbagai macam penerbitan lainnya seperti iklan yang umumnya ditujukan untuk membela atau membantu kepentingan pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Ini adalah cikal bakal sejarah media massa di Indonesia.
3. Telegraf
Tahun 1855, tepatnya tanggal 23 Oktober, saluran telegraf di Indonesia mulai dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat itu, saluran telegraf menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor). Kemudian layanan telegraf semakin berkembang yang ditandai dengan dimanfaatkannya telegraf oleh khalayak luas di 28 kantor telegraf yang ada saat itu. Telegraf mengalami perkembangan lebih lanjut dengan adanya kabel komunikasi bawah laut yang dapat membawa pesan yang menghubungkan Jakarta – Singapura dan diikuti dengan jalur Banyuwangi – Australia.
4. Telepon
Setelah telegraf digunakan selama bertahun-tahun di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, maka sejarah perkembangan telepon di Indonesia dimulai. Pada tanggal 16 Oktober 1882 jaringan telepon lokal pertama muncul di Indonesia yang menghubungkan wilayah Gambir dan Tanjung Priok dan secara cepat menyebar ke sebagian besar wilayah Indonesia. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 1884, jaringan telepon lokal kemudian dibangun di Semarang dan Surabaya.
Untuk jaringan telepon interlokal, perusahan telekomunikasi yang bernamaIntercommunal Telefoon Maatschappij mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda selama 25 tahun untuk membuka jaringan telepon yang menghubungkan Batavia – Semarang, Batavia – Surabaya, Batavia – Bogor, dan Bandung – Sukabumi.
Kemudian pada tahun 1906, Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih dan mengelola semua jaringan telepon di Indonesia melalui sebuah badan yang telah dibentuk dan bernama Post Telegraaf en Telefoon Dienst. Sejak saat itu, jasa telekomunikasi di Indonesia dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Pada tahun 1920, telegram mulai dipopulerkan yang terdiri dari berbagai kombinasi kode yang ditransmisikan melalui telegraf.
Pada kisaran tahun 1960an, Indonesia mengalami pembangunan jaringan telekomunikasi yang sangat pesat. Salah satu yang dibangun pada tahun 1967 adalah gelombang mikro lintas Sumatra – Indonesia Timur yang menghubungkan Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi – Kalimantan. Saat itu, jaringan telepon menggunakan sistem batere lokal dan kawat tunggal yang terpasang di atas permukaan tanah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan sistem batere loka perlahan-lahan diganti dengan menggunakan kabel yang ditanam jauh di bawah permukaan tanah agar tidak mengalami gangguan. Kawat tunggal kemudian diganti dengan kawat ganda.
Setelah Satelit Palapa A1 diluncurkan pada tahun 1976, cakupan jaringan telepon di Indonesia semakin luas hingga mencapai luar negeri. Perumbuhan jaringan telepon semakin pesat serta canggih yang didukung oleh teknologi satelit. Hingga tahun 2015, jumlah pelanggan telepon di Indonesia yang menggunakan teknologi telekomunikasi dengan kabel mencapai 10.378.037 pengguna, dan teknologi telekomunikasi tanpa kabel mencapai 341.482.747 pengguna.
5. Telepon genggam
Cikal bakal telepon genggam adalah pager yang muncul sebelum masa reformasi. Jumlah pelanggan pager pada saat itu mencapai 800.000 pengguna dan terus mengalami penurunan seiring dengan mulai berkembangnya teknologi telepon genggam. Teknologi telepon genggam berbasis NMT atau Nordic Mobile Telephone di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1984. Tahun 1985, teknologi telepon genggam bergrak ke NMT modifikasi dengan sistem AMPS atau Advance Mobile Phone Sytem dan digunakan oleh beberapa operator di Indonesia seperti PT. Panca Sakti, PT Elektrindo Nusantara, PT Rajasa Hazanah Perkasa, dan PT. Centralindo Telekomindo .
Selanjutnya, pada tahun 1993 mulai dikembangkan industri GSM atau Global System for Mobile Communication di Indonesia dengan pilot project di pulau Batam dan Bintan. Decade ini ditandai dengan semakin banyaknya operator seluler di Indonesia seperti Satelindo, Telkomsel, dan PT Excelcomindo Pratama.
Layanan SMS atau short message service mulai marak di Indonesia pada tahun 2000an. Tiga tahun kemudian, teknologi CDMA mulai berkembang yang ditandai dengan kehadiran Flexi Telkom dan Esia. Kehadiran teknologi CDMA berdampak pada semakin meningkatnya jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia karena handset dan tarif layanan yang murah. Perkembangan telepon genggam di Indonesia berlanjut dengan masuk Hutchinson (Tri atau 3) ke Indonesia pada tahun 200 dan Axis pada tahun 2008. Jumlah pengguna telepon genggam di Indonesia hingga tahun 2015 adalah sebesar 338.948.340 pengguna.
Komentar
Posting Komentar